Sabtu, 09 April 2011

REVOLUSI SEKTOR JASA & KARAKTERISTIK JASA


Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmad dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul REVOLUSI SEKTOR JASA & KARAKTERISTIK JASA  ini dengan tepat waktu. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Bapak Herry Sussanto selaku dosen pengajar mata kuliah Perekonomian Indonesia (SoftSkill) yang telah memberikan tugas makalah ini. Terima kasih juga kepada teman- teman yang telah ikut berpartisipasi dan banyak memberikan bantuannya dalam proses pembuatan makalah dari awal hingga selesai. Makalah ini disusun sedemikian rupa agar para pembaca dapat mengetahui tentang revolusi sektor jasa dan juga dapat memahami segala karakteristik di sektor jasa yang ada di negara ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan, agar kedepannya kami dapat lebih baik lagi.  Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca  dan dapat digunakan sebagaimana mestinya



Depok, 4 April 2011




REVOLUSI SEKTOR JASA & KARAKTERISTIK JASA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Penasihat Ekonomi Bank Dunia untuk Asia Selatan, editor buku "The Service Revolution in South Asia"  Cina dan India sedang berlomba dalam bidang ekonomi. Namun demikian, cara yang mereka tempuh berbeda. Cina unggul sebagai pengekspor produk manufaktur, sedangkan India meraih reputasi global dengan mengekspor layanan jasa modern. Bisa dikatakan, India sudah melampaui sektor manufaktur, lepas landas dari agrikultur ke bidang jasa.
Perbedaan pola pertumbuhan kedua negara itu sangat mencolok dan menimbulkan pertanyaan di mata negara-negara berkembang. Bisakah jasa menjadi sedinamis manufaktur? Bisakah negara yang mengembangkannya belakangan ini mendapatkan keuntungan dari globalisasi sektor jasa? Bisakah jasa menjadi pendorong pertumbuhan yang berkelanjutan, menciptakan lapangan kerja, dan mengurangi kemiskinan?
Sejumlah fakta cukup berharga untuk dikaji. Sektor jasa di India, yang menyumbangkan perkembangan negara itu, relatif lebih besar dibandingkan dengan di Cina. Meskipun termasuk wilayah yang rendah pendapatan perkapitanya, India dan negara-negara Asia Selatan lainnya telah mengadopsi pola pertumbuhan negara-negara dengan pendapatan perkapita menengah ke atas. Pola pertumbuhan negara-negara tersebut lebih mirip dengan Irlandia dan bahkan Israel, dibandingkan dengan Cina dan Malaysia.
Pola pertumbuhan India sangat menakjubkan karena seakan bertentangan dengan "hukum" pembangunan yang kaku yang sudah dianut selama sekitar dua ratus tahun, sejak bermula nya revolusi industri. Menurut "hukum" ini yang sekarang menjadi kebijakan konvensional  industrialisasi adalah satu-satunya jalur untuk memacu pertumbuhan ekonomi bagi negara berkembang.

A.1. TUJUAN
1.      Mengetahui tentang segala sektor jasa dan revolusi sektor jasa.
2.      Mengetahui pertumbuhan manufaktur di negara- negara seluruh dunia.
3.      Mengetahui efek dari tingkat pertumbuhan jasa terhadap agregat pertumbuhan ekonomi dibandingkan dengan pengaruh pertumbuhan manufaktur terhadap pertumbuhan secara keseluruhan.
4.      Mengetahui pengertian dari sektor jasa dan revolusi jasa.
5.      Mengetahui apakah sektor jasa tidak sekadar merespons permintaan dalam negeri ataupun di luar negri.


A.2. IDENTIFIKASI MASALAH
1.      Apa yang di maksud dengan revolusi sektor jasa dan revolusi sektor jasa.
2.      Negara- negara apa saja yang telah melakukan revolusi sektor jasa.
3.      Apa peran pemerintah dalam pertumbuhan manufaktur dalam negarannya.
4.      Bagaimana strategi negara- negara berkembang seperti Cina dan India melakukan persaingan di sektor ekonomi.
5.      Bisakah jasa menjadi sedinamis manufaktur.
6.      Bisakah negara yang mengembangkannya belakangan ini mendapatkan keuntungan dari globalisasi sektor jasa.
7.      Bisakah jasa menjadi pendorong pertumbuhan yang berkelanjutan, menciptakan lapangan kerja, dan mengurangi kemiskinan.

BAB II
B. ISI
Sebagai akibat globalisasi, cepatnya tingkat perkembangan bisa sangat dahsyat. Namun, potensi pertumbuhan yang begitu eksplosif biasanya hanya terlihat di sektor manufaktur. Namun, bukan ini persoalannya ada bukti bahwa negara-negara dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi di sektor jasa cenderung memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara keseluruhan sebaliknya, negara-negara yang tingkat pertumbuhannya tinggi memiliki tingkat pertumbuhan jasa yang juga tinggi.
Hubungan kausalitas-nya masih belum jelas. Namun, ada pula hubungan positif -yang diterima di negara-negara berkembang antara tingkat pertumbuhan manufaktur dan tingkat pertumbuhan secara keseluruhan. Namun, yang kerap terabaikan adalah efek dari tingkat pertumbuhan jasa terhadap agregat pertumbuhan ekonomi terlihat lebih kuat, dibandingkan dengan pengaruh pertumbuhan manufaktur terhadap pertumbuhan secara keseluruhan.
Apalagi, ada kecenderungan dari waktu ke waktu, peran sektor jasa yang lebih tinggi dalam perekonomian menunjukkan pertumbuhan jasa yang lebih tinggi tidak lantas menyebabkan turunnya biaya. Dengan kata lain, ongkos jasa tidak turun seiring dengan meningkatnya suplai jasa. Porsi jasa di India begitu besar dan pertumbuhan sektor jasanya jauh lebih cepat dibandingkan dengan Cina. Meskipun Cina jauh lebih kaya dan tumbuh lebih cepat dari waktu ke waktu. Hal itu menunjukkan bahwa sektor jasa tidak sekadar merespons permintaan dajam negeri (yang pasti lebih tinggi permintaannya di Cina), tetapi juga berpeluang untuk ekspor.
Pengalaman pertumbuhan di India menunjukkan bahwa revolusi jasa global jasa yang membuat tingkat pertumbuhan yang cepat dan kemiskinan berkurang adalah hal yang mungkin. Di India, sektor jasa tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, tetapi juga ditandai dengan produktivitas tenaga kerja yang tinggi dibandingkan dengan di sektor industri. Tingkat pertumbuhan produktivitas di sektor jasa India sepadan dengan pertumbuhan produktivitas di sektor manufaktur Cina dengan begitu dapat mengurangi kemiskinan dengan kenaikan upah.
Pertumbuhan yang didorong jasa bisa berkelanjutan karena globalisasi jasa yang mencapai lebih dari tujuh puluh persen output global, masih dalam tahap awal perkembangannya. Lebih dari itu, pandangan lama bahwa jasa tidak bisa ditransportasi dan tidak bisa diperdagangkan, tidak lagi berlaku untuk penyelenggara jasa nonpersonal modem, yang bisa diproduksi dan diekspor dengan biaya rendah. Negara-negara berkembang bisa mempertahankan tingkat pertumbuhan yang didorong jasa, dengan memberikan perhatian yang besar untuk itu.
Pengalaman India menawarkan harapan bagi negara-negara berkembang lainnya. Proses globalisasi di akhir abad 20 mendorong ke arah perbedaan pendapatan per kapita yang tajam antara negara-negara industri yang masuk ke pasar global dan sekitar enam puluh negara-negara berkembang yang pendapatanper kapitanya stagnan selama sekitar dua puluh tahun.
Tampaknya, negara-negara berkembang itu harus menunggu giliran mereka untuk membangun sampai negara-negara industri raksasa seperti Cina menjadi kaya dan sektor manufaktur yang padat modal menjadi tidak kompetitif lagi. Globalisasi jasa bagaimanapun memberikan peluang alternatif untuk negara-negara berkembang untuk menemukan ceruk pasar, di luar manufaktur, tempat mereka bisa mengembangkan spesialisasi dan mencapai tingkat pertumbuhan yang eksplosif seperti negara industri. Ketika jasa sudah diproduksi dan diperdagangkan di seluruh dunia seperti globalisasi, kemungkinan setiap negara mengembangkan keunggulan komparatif mereka bisa meningkat. Keunggulan komparatif itu bisa dengan mudah ditemukan pada sektor jasa seperti halnya manufaktur dan pertanian. Dijanjikan revolusi jasa negara-negara tidak perlu menunggu untuk sampai ke tingkat pertumbuhan        ekonomi yang cepat.

BAB III
C. PENUTUP
C.1. KESIMPULAN
Ada bukti bahwa negara-negara dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi di sektor jasa cenderung memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara keseluruhan; Namun, yang kerap terabaikan adalah efek dari tingkat pertumbuhan jasa terhadap agregat pertumbuhan ekonomi terlihat lebih kuat, dibandingkan dengan pengaruh pertumbuhan manufaktur terhadap pertumbuhan secara keseluruhan. Apalagi, ada kecenderungan dari waktu ke waktu, peran sektor jasa yang lebih tinggi dalam perekonomian menunjukkan pertumbuhan jasa yang lebih tinggi tidak lantas menyebabkan turunnya biaya. Pengalaman pertumbuhan di India menunjukkan bahwa revolusi jasa global -jasa yang membuat tingkat pertumbuhan yang cepat dan kemiskinan berkurang- adalah hal yang mungkin. Pertumbuhan yang didorong jasa bisa berkelanjutan karena globalisasi jasa yang mencapai lebih dari tujuh puluh persen output global, masih dalam tahap awal perkembangannya. Proses globalisasi di akhir abad 20 mendorong ke arah perbedaan pendapatan per kapita yang tajam antara negara-negara industri yang masuk ke pasar global dan sekitar enam puluh negara-negara berkembang yang pendapatan per kapitanya stagnan selama sekitar dua puluh tahun.
Dalam bahasa “Pemasaran” produk berarti segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada konsumen, yang didalamnya terdiri barang secara fisik, jasa, dan konsep. Jadi dalam setiap produk terkandung kombinasi dari 3 hal tersebut. Sebuah komputer misalnya, maka barang secara fisiknya adalah monitor, CPU, keybord. Unsur jasanya adalah jasa tentang bagaimana cara penggunaan komputer, jasa pelatihan program komputer, dan jasa perawatan komputer. Sedangkan unsur konsepnya adalah dengan menggunakan komputer maka dapat membuat program dengan cepat, menghitung dengan cepat, menulis dengan cepat, dan fasilitas-fasilitas lain yang jauh lebih memudahkan.
Dalam pembagian yang ditinjau dari dapat tidaknya dilihat/diraba atau menurut wujudnya, produk terbagi menjadi dua yaitu barang dan jasa. Dalam tulisan ini hanya akan dibahas mengenai jasa, khususnya bagaimana peluang bisnis sektor ini berkembang di masyarakat.
Menurut Philip Kotler, jasa dapat didefinisikan sebagai “Setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikian sesuatu”.
Di Indonesia, industri jasa sangat beragam, bila dikaitkan dengan siapa penyelenggara dari sektor jasa, maka dapat dikelompokkan kedalam empat sektor utama ,yaitu :
•Sektor pemerintah.
•Seperti kantor pos, kantor pelayanan pajak, kantor polisi, rumah sakit, sekolah, bank
  pemerintah.
•Sektor nirlaba swasta.
•Seperti sekolah, universitas, rumah sakit, yayasan.
•Sektor bisnis
•Seperti, perbankan, hotel, perusahaan asuransi, konsultan, transportasi.
•Sektor manufaktur
•Seperti akuntan, operator komputer, penasihat hukum, arsitek dan lain- lain.

Faktor-faktor Yang Mendorong Perkembangan Sektor Jasa
Biasanya setiap perkembangan bisnis jasa tertentu, terdorong oleh perkembangan faktor-faktor tertentu atau karena perkembangan sektor jasa yang lain. Berikut ini beberapa faktor yang sering menjadi penentu berkembangnya sektor jasa tertentu.
1.Waktu santai yang semakin banyak, atau waktu liburan sekolah dapat memunculkan banyak jenis jasa baru. Misalnya bisnis perjalanan wisata, pusat hiburan dan rekreasi, kursus dan pelatihihan singkat, jasa TV kabel, Rumah produksi Sinetron, tempat peristirahatan, karaoke, pertunjukkan musik.
2.Persentase wanita yg memasuki angkatan kerja semakin besar, dapat memunculkan jenis jasa baru. Misalnya jasa penitipan anak, baby sitter, binatu, restoran siap santap.
3.Tingkat harapan hidup semakin meningkat, dapat memunculkan jenis jasa baru. Misalnya jasa perawatan kesehatan dan konsultasi kesehatan.
4.Produk yang dibutuhkan dan dihasilkan semakin komplek, dapat memunculkan jenis jasa baru. Misalnya Jasa instalasi, pelatihan, konsultasi, reparasi.
5.Adanya peningkatan kompleksitas kehidupan, dapat memunculkan jenis jasa baru. Misalnya jasa pengacara, psikolog, ahli gizi, dokter pribadi, pelatih kebugaran, penasihat finansial.

Karakteristik Jasa
Jasa memiliki sejumlah karakteristik yang membedakannya dari barang, dan berdampak pada cara memasarkannya.
Karakteristik tersebut meliputi :
·         Intangibiliity
Jasa berbeda dengan barang. Bila barang merupakan suatu obyek, alat atau benda maka jasa adalah suatu perbuatan, pengalaman, proses, kinerja (performance). Oleh karena itu jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar, atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi.
Implikasi bagi konsumen, ketidakpastian dalam pembelian jasa relatif tinggi, dan merasakan resiko yang lebih besar dalam keputusan pembeliannya, karena :
o Terbatasnya search qualities, yakni karakteristik fisik yg bisa dievaluasi sebelum pembelian dilakukan. Untnk barang, konsumen dapat menilai bentuknya, warna, modelnya sebelum membelinya. Namun utk jasa, kualitas apa dan bagaimana yang akan diterima konsumen, umumnya tidak diketahui sebelum jasa tesebut dikonsumsi.
o Jasa biasanya mengandung unsur experience quality, adalah karakteristik yang dapat dinilai setelah pembelian, seperti kualitas, efisiensi dan kesopanan.
o Dan credence quality, adl karakteristik yang sulit dinilai, bahkan setelah pembelian dilakukan. Misal, seseorang sulit menilai peningkatan kemampuan bahasa inggrisnya setelah mengikuti kursus pada periode tetentu. Intangibiliity intangibilitas jasa:
Adanya karakteristik Intangibiliity /intangibilitas pada jasa ini menyebabkan konsumen :
o Sulit mengevaluasi berbagai alternatif penawaran jasa
o Mempersepsikan tingkat resiko yang tinggi
o Menekankan pentingnya sumber informasi informal
o Menggunakan harga sebagai dasar penilaian kualitas.

Melihat beberapa kesulitan yang akan dihadapi konsumen tersebut, manajemen perlu segera merespon dengan beberapa kebijakan seperti Mereduksi kompleksitas jasa.

Kesulitan dalam memajang jasa dan mendiverensiasikan jasa inovasi jasa sukar dipatenkan.
o Penekanan petunjuk fisik (tangible cues) Memfasilitasi rekomendasi dari mulut ke     
mulut.
o Fokus pada kualitas jasa.


REFERENSI





Tidak ada komentar:

Posting Komentar